SECANGKIR KOPI

Bagi Kami yang biasa duduk kongkow bareng diwarung minum Mbok Rakinah, segelas kopi seduhannya bak rasa jus alpukat bagi para penikmat jus buah. Rasa dan keharuman aroma khas kopi seduh mengepulkan asap yang menebarkan paduan pas antara kopi dan manis gula. Tiada duanya soal rasa. Banyak pelanggan minum kopi datang dari sekitaran desa, tapi kadang ada juga orang luar desa m ampir menyempatkan sekadar minum dan ngobrol ngalor ngidul berbagi cerita. Hampir tiap hari warung sederhana itu penuh sesak oleh penikmat kopi. Kopi hasil olahan sendiri dengan proses disangrai dan ditumbuk menggunakan alu, disaring, ditumbuk lagi hingga lembut dan diperoleh kopi yang siap sedu. Entah ada bahan campuran apa yang jelas kopinya tersaji pas dilidah. Waktu istirahat banyak pekerja memesan minuman dan gorengan dari ubi kayu, bakwan, pisang dengan ukuran jumbo dengan harga ekonomis, terjangkau. Maklum melayani pekerja yang berpeluh mandi keringat dan kerja otot, maka makanan yang tersaji dari gorengan ukuran jumbo menyesuaikan kebutuhan pelanggannya mungkin begitu pikir Simbok. Belum lagi pesanan nasi rames sayur lodeh pedas...porsinya juga jumbo...Sepiring Munthuk ...masih tambah tempe goreng yang hampir menutup piring juga ukuran jumbo. Ples Sambal pedas memerah ditaruh diatas tempenya. Whooooh.. jangan tanya ukuran.... sepertinya saja saya gak sanggup menghabiskan. Sungguh ukuran Jumbo. Masih dengan keringat bercucuran mereka menikmati sajian makan siang dengan lahap...pedas menambah nafsu makan bertambah. Betul betul nikmaaat. Sesuap demi sesuap nasi berpindah tempat dari piring yang nampak menggunung, ludes dalam hitungan menit. Kang Bejo masih mengambil tahu goreng dengan beberapa cabe hijau untuk menemani nasi terakhir yang berpindah tempat tanpa sisa satu butirpun. Bersih limit. “ Kopine Mbok!” sambil mengunyah tahu goreng kang bejo memesan kopi. Tak menunggu lama kopi sudah tersedia....wangi aromanya menyapu ruang warung. “Monggo Mas Gun, dijog lagi kopinya!” Simbok menawarkan tambahan air panas untuk kopiku. “ Sudah cukup Mbok,” sisa satu seruputan itu segera kuhabiskan. Secangkir kopi siang itu bisa kunikmati bersama serasa bisa menjadi penawar. Seakan hars menunggu berabad, kangen suasana Setelah puluhan tahun tidak bisa jagongan bareng sedulur. Entahlah seperti ada rasa yang tak bisa diukur nilainya, kepuasan yang tak bisa setiap waktu kujumpai setelah hari hari kuhabiskan dikeramaian sudut ibukota.

Komentar

Postingan Populer