JUJUR YANG PYUUR
Kalo tempoe doloe, kakek buyut kita seringkali memesankan kepada kita dengan nasehatnya "kalo mau mujur kamu harus bersifat jujur", demikian kurang lebihnya, tapi kini, kejujuran itu menjadi sesuatu yang sangat langka, mengingat sudah sangat sulit untuk kita temukan, anak-anak sebagai pelanjut estafet kehidupan ini kadang masih meremehkan nilai-nilai kejujuran, bahkan jujur itu kini diplesetkan dengan istilah "Jujur Kacang Ijo". Entah apa maksudnya, lanjutnya, kalo bersifat jujur di kondisi jaman sekarang bisa ribet, nyrempet n klipet-klipet
Setiap agama tentunya mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran secara utuh dan tidak terpisah, konkritnya, orang jujur dekat dengan Tuhan, dekat dengan Tuhan berarti masuk surga he 9x....tapi bukan itu masalahnya Pren, dengan membiasakan diri sifat jujur sejak usia dini dan kompaknya para orang tua menganjurkan kepada generasi kita dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran di dalam sanubari mereka simsalabim, dunia yang kita huni ini bisa memberikan kesejukan kepada setiap manusia tanpa harus pilah-pilih
Tahukah kamu.. kalo budaya bohong itu sudah merasuki banyak orang dan pelakunya udah ada mulai wong cilik sampai para pembesar negeri ini, seorang bawahan tega berbohong kepada atasannya, pelajar pun begitu, tidak ketinggalan para pejabat negeri ini, padahal tindakan mereka itu, keluar dari sifat terpuji, karena dia tidak hanya menyembunyikan kebenaran, bahkan dia juga melenyapkan kebenaran dan menggantinya dengan kepalsuan..Glekhh...
Akibatnya lagi Pren, bisa membahayakan jiwa seseorang, Hm…dosa dan kejahatan yang sangat besar di hadapan Tuhan tentunya, karena akibat ketidakjujuran yang merebak itu bisa merugikan kehidupan orang banyak yang faktanya, semua orang tentunya paling gak rela kalo sampe dibohongi, karena faktanya, sifat yang paling dibenci oleh setiap orang adalah dibohongi, tapi lucunya, dibohongi sangat kita tidak sukai tapi kadang kita masih suka membohongi orang lain.
Solusi sederhana membantu keterpurukan bangsa kita dengan mengajarkan kepada para orang tua, baik ayah dan ibu untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam mendidik anak-anak mereka. Menjauhkan mereka dari sifat pembohong. Jika hal ini diabaikan dan dianggap sebagai persoalan yang remeh maka yang dikhawatirkan adalah anak-anak akan tumbuh dewasa dan mereka manganggap dusta sebagai sebuah dosa kecil, Nah untuk keluar dari itu, tidak perlu ditawar lagi untuk minta dukungan pemeritah, Coz merekalah yang memiliki peranan penting dalam membenahi watak setiap rakyatnya untuk berlaku jujur dan benar
Ada yang mengatakan kalau kita jujur biasanya memang banyak musuhnya…Slowly guys, itu dah rumusnya, karena yang musuhin kita itu sudah tentu orang jahat yang tidak suka akan kejujuran, it’s the real time, di dunia ini sudah hampir dipenuhi oleh orang-orang yang suka dengan kepalsuan, Ingatlah kawanku ciri-ciri orang yang berkualitas itu memegang teguh prinsip kejujuran, jadi jangan pernah menganggap remeh sebuah kebohongan
Terkadang seorang pedagang berbohong ketika menjelaskan barang dagangannya dan ketika mengatakan harganya. Padahal dunia perniagaan sangat bertumpu pada kejujuran yang penuh. Di satu sisi penjual menginginkan untung yang banyak dan di sisi lain pembeli juga mengharapkan harga yang sangat murah. Rasa ingin menang sendiri itulah yang menyetir aktifitas jual beli, baik yang terjadi di pasar-pasar maupun di tempat-tempat lain yang serupa. Padahal prinsip perdagangan yang mengandung keserakahan dan ketamakan ini, beserta hal-hal yang mewarnainya berupa kesesatan dan keterlaluan.
Belum lagi dengan memberikan kesaksian palsu yang merupakan bentuk kebohongan yang paling kejam. Seorang pribadi yang benar tidak perlu memperdulikan, ketika bersaksi dalam persoalan apapun untuk mengatakan kebenaran, meskipun berakibat tidak baik bagi orang yang berada di bawahnya atau bahkan bagi orang yang paling dicintainya sekalipun. Sebaiknya dia tidak terpengaruh dengan adanya hubungan kekerabatan ataupun dengan adanya hubungan kesukuan. Dan sebaiknya juga tidak terpengaruh, baik oleh rasa suka maupun rasa benci, hendaknya bersikap obyektif.
Bagi para pelajar, guru, pekerja dan pemilik perusahaan, aparat pemerintah dan seluruhnya, Hendaklah kata-katanya bisa dipegang dan bisa dijadikan acuan. Karena ironis sekali jika janji-janji yang telah dilontarkan ternyata tidak ditepati. Batasan-batasan yang semakin longgar dalam mengumbar janji telah menjadi kebiasaan secara turun temurun di kalangan bangsa kita, padahal agama sendiri menjadikan janji yang tidak ditepati sebagai tanda-tanda atau cirri-ciri dan orang yang munafik.
Memang melakukan kesalahan dan kelalaian berupa tidak berlaku jujur itu merupakan karakter manusia namun ketika perbuatan itu terjadi berulang-ulang itu dikhawatirkan akan menjadi hoby tersendiri, yang kita lakukan secara refleks. Hingga ia berinteraksi dengan orang lain, kemungkinan yang terjadi isi dari sifat atau prilaku kita adalah kebohongan, yang secara jelas merugikan orang lain bahkan diri kita sendiri, dimana kita sudah tidak akan mendapatkan kepercayaan lagi dari orang lain.
Komentar
Posting Komentar